Maafkan Aku
Maafkan Aku
Karya Nelwiza
Kota Padang adalah kota tercinta terkenal sejak dari dulu. Aku menginjakkan kaki pertama kali di kota Padang adalah saat aku ujian masuk Perguruan tinggi Negeri. Indahnya kota Padang dipikiran saya. Kota di mana tempat aku menuntut ilmu selepas SMA.
Aku adalah anak pertama dari lima bersaudara. Selepas SMA bercita-cita ingin menjadi seorang guru. Tahun 1989 aku sudah mendapatkan ijazah SMA. Bangga telah menamatkan dengan nilai memuaskan. Ikut ujian seleksi penerimaan calon mahasiswa baru di IKIP Padang. Subhanallah lulus hasilnya dikeluarkan dalam surat kabar.
Berita ini saya terima dari Da Jang anak Pak Tuo yang waktu itu kuliah di Universitas Andalas Padang. Beliau pagi sudah sampai di rumah membawa koran yang ada nama saya. Saya adalah anak adek Bapak beliau tetapi berlainan ibu. Da Jang orangnya perhatian sayang sama saya karena saya adalah adek beliau.
Masih ingat bagaimana perjuangan beliau sewaktu saya mau kuliah di perguruan tinggi negeri. Melihat dan ikut mengontrol waktu ujian masuk perguruan tinggi waktu itu. Saya ujian di SD Tabing kota Padang.
Selama proses ujian atau tes tertulis saya sangat optimis untuk lulus. Mengingat banyak yang ikut tes saya hanya berdoa dan berikhtiar. Setelah selesai ujian kembali pulang ke kampung. Dua bulan kemudia hasil tes keluar. Lulus dengan pilihan jurusan yang pertama. Pilihan kedua di kota Jambi dengan jurusan Pendidikan Geografi.
Saya sangat bersyukur karena lulus dengan pilihan pertama. Kota Padang tempat kuliah yang terjangkau dan dekat dari orang tua. Jarak dari Bukittinggi ke Padang hanya 3jam perjalanan kalau naik bus.
Bangga dan senang yang saya rasakan. Orang tua dan keluarga semua ikut memberikan selamat. Hanya ada beberapa orang dari keluarga dekat tidak senang melihat kelulusan saya. Mereka sangat minder dan malu karena dari tempat saya ikut tes 4 orang. Hanya saya yang beruntung saat itu.
Sudah dua semester kuliah berjalan saya mau dipinang untuk dijadikan sebagai seorang istri. Saya kurang berminat untuk berumah tangga terlalu cepat. Motto saya waktu itu sebelum berhasil saya belum menikah. Menikah bagi saya adalah momen yang mengerikan atau trauma melihat orang tua. Memelihara anak 5 orang tanpa didampingi boleh seorang suami. Sering meneteskan air mata. Begitu sulit menafkahi anak seorang diri yang berdampingan hidup dengan Om dan nenek.
Nenek sudah tua beliau hidup berdua dengan Om. Makan dan minum hanya tidur saja yang terpisah.Rumahvsaya adalah 3 ruang rumah Gadang Minang Kabau. Rumah ini didirikan oleh Om dan dibuatkan oleh Bapak beliau (Atuk bagi saya). Atuk meninggal waktu ibuku masih gadis kelas 5 SR. Perjuangan menghidupi anak berbagai macam tantangan dan halangan yang dihadapi.
Kisah yang menyedihkan adalah tidak sesuainya harapan.
Komentar
Posting Komentar